Senin, 15 April 2013

MEMOAR EMBUN PAGI

<!--[if gte mso 10]> <!-->Embun dan hangatnya mentari pagi ini sepertinya akan menjadi sapaan pilu yang menyakitkan. Saat mata masih terjaga, lelakiku membangunkanku untuk melaksanakan salat subuh. Wajahnya Nampak segar sepertinya ia habis mandi. Akh, tumben sekali lelakiku sudah mandi sepagi ini.
“Owkh, mungkin karena semalam pulangnya terlalu larut sehingga tidak  sempat mandi, jadi sepagi ini ia sudah mandi” pikirku kalem.
Setelah salat aku tiduran kembali, malas-malasan dan ingin rasanya kembali menarik selimut dan tertidur pulas.
“Kamu baca sms ini yah,” tiba-tiba lelakiku menyodorkan hp nokia tipe X1 nya padaku.
Emangnya ada apa?,” kubaca isi sms itu.
“Aku ingin kita bertemu di stadion pagi ini,”  itulah deretan kalimat yang di kirim wanita itu selebihnya aku tak mau membacanya.
Setelah kubaca semua sms itu, ada rasa sesak didadaku. Ada rasa enggan untuk mengizinkan lelakiku  pergi menemui wanita itu. Tapi apalah dayaku, aku tak mungkin setega itu melarang lelakiku menemui wanita yang juga menyayanginya. Wanita yang mungkin mengganggapku sebagai benalu dalam hubungan mereka, atau bahkan perusak kebahagiannya. Wanita itu wanita yang bersamaan juga dimiliki lelakiku sebelum akhirnya lelakiku memilih aku seutuhnya.
“Bagaimana menurutmu, apa aku temui wanita itu,” tanyanya dengan raut wajah sendu.
Aku menarik nafas sedikit panjang dan dalam, ku pejamkan mata dan..............aku tak mampu berkomentar.
“Ayo dong jawab, apa aku temui dia. Jawab !!!!!! Jika kamu mau aku tak menemuinya, tak mengapa aku takan pergi,” suaranya bergetar dan memelas.
Sekali lagi aku hanya diam membisu, hanya sedikit anggukan kepala yang hampir tak mampu ku lakukan.
Pergilah, aku tahu dia sedang membutuhkanmu. Dia sedang sakit,”  ucapku getir.
Aku berangkat yah,” pamitnya seraya memeluk dan mengecup keningku erat dan dalam.
Tak kuasa kutahan air mataku. Kurelakan lelakiku pergi bersama sejuknya embun pagi ini.
Aku hanya kembali mengutuk diriku sendiri. Pantaskah rasa itu seutuhnya aku miliki. Sementara wanita itu jelas lebih membutuhkannya. Kubenamkan tubuhkku dalam bantal dan kembali menangis melanjutkan sisa airmata kemarin yang sempat mengering sesaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar