Adalah bahagiaku menjelma.
Dihadapanmu yang merentangkan tangan
menyambutku dalam tulus cintamu. Terulas senyum dibibirku juga bibirmu.
Teriingi basah air mata bahagia. Mata yang tak pernah alfa kau kecup saban
mentari muncul dan kembali tengglem.
Mata yang tak pernah kau biarkan lagi untuk melihat luka. Mata yang kau
jaga agar tak ada kecewa tercipta. Dan pelan sekali kau daratkan bibir tipismu
pada bibirku yang telah lelah berucap cinta dalam kebisuan. Kecupanmu manis dan
hangat merengkuh aku dalam mesra erat pelukmu.
Aku tak percaya hangatmu memberikan
bahagia untuk jiwaku yang juga tulus mencintaimu. Jiwa yang hampir menyerah dan
lupa cinta itu ada. Jiwa yang telah lelah berdiri, berlari, mematung dan
berhenti mengejar matahari untuk siangku. Bintang dan bulan untuk malamku. Dan
pelangi untuk hari-hari indahku. Jiwa yang sempat kau patahkan dalam alunan
kebohonganmu.
Kini kau menjelama malaikat, datang
membawakan sayap bertabur sejuta senyum kebahagiaan. Kau mengajaku terbang
menikmati langit biru, bercengkrama dengan iringan burung-burung juga melodi harmoni
awan putih.
Lelakiku seperti hujan disiang bolong
lalu datang memunculkan pelangi indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar