Kamis, 06 September 2012

Kekuatan Sebuah Nama Pena

Haiii, 

Kenalin namaku Siti Surhana dan nama penaku Nurhana Yatziano. Nama yang terdiri dari dua kata "Nurhana dan Yatziano," ini memiliki filosofi yang dalem banget buat aku. Kalau dijabarin menurut pemikiranku  begini artinya,

Nurhana  ini adalah gabungan nama yang diambil dari ujung nama asli ku Surhana yang ditambah Nur

Yatziano adalah gabungan nama kedua orangtuaku Yatzi(Yati) nama ibuku ano adalah nama dari bapak aku(H.Kano). 

Secara keseluruhan begini artinya, jadi aku ini adalah cahaya kasih sayang bagi kedua orangtuaku dan setiap jengkal kesuksesanku adalah tidak terlepas dari kedua orangtuaku. Sebetulnya sih mungkin kurang nyambung kalau dikaitkan dengan pemaknaan bahasa secara harfiah atau pun lugot. Tapi aku sambung-sambungi aja yang penting pemaknaannya baik bukan ? #hee cari pembenaran :)

Oke, terlepas dari makna sebuah nama penaku yang jelas setelah aku mulai mengikrarkan nama ini ditahun 2011 kehidupan aku berubah 180 derajat terlebih dalam bidang kepenulisan.  Dengan sendirinya semangat aku meletup-letup bagaikan Bom yang mau meledak jika tidak segera diatasi. Aku mulai keranjingan nulis, nuilis apa saja, bahkan hal sepele pun aku tulis dibuku harianku. Sebelumnya juga memang aku suka menulis dan membaca, tapi ada kekuatan lain yang aku dapatkan setelah memiliki nama pena.

Awalnya aku nggak engeh sama yang namanya nama pena. Aku nulis ya nulis aja. Bebera cerpen atau pun artikel yang aku buat pada waktu zaman dulu tetap menggunakan nama asli. Dan entah kenapa tidak ada keberanian buat mempublikasikannya ke media masa. Paling hanya nongol dibuku harian atau pun di mading sekolah. Setelah itu ya sudah tidak ada yang membekas.

Hingga 2011, aku masuk komunitas literasi "Rumah Dunia" yang di asuh ayahanda Gol A Gong dan ibunda Tias Tantaka (heee, karena beliau lah aku berani bermimpi). Ditempat ini lah semua berawal, semangatku yang mulai mengendor dalam dunia kepenulisan mulai bangkit lagi. Kepercayaan diri yang tinggi membakar semangat aku untuk menghasilkan sebuah karya. Dan disini juga nama pena aku dikasih masukan sama kedua orang berpengaruh dalam perjalanan kepenulisanku ini.

Dan aku masih ingat pelajaran pertama yang aku pelajari adalah tentang materi jurnalistik, karena menurut Gol A Gong jika sudah menguasai hal ini maka akan mudah untuk menulis fiksi baik cerpen atau pun novel dan sejenisnya. Setelah materi ini selesai maka saatnya mempelajari materi fiksi. Disinilah Gol A Gong menyuruh membuat nama pena.

Benar apa yang dikatakan Gol A Gong, dengan memulai membuat nama pena, otak kita sudah berimajinasi dan berpikir kreatif. Hal ini aku buktikan sendiri, aku mulai menuangkan banyak ide dalam tulisan dimulai dari  pembuatan nama pena tersebut.

Sekarang  banyak hal yang aku dapatkan dari nama ini, mulai dari tumbuhnya kembali semangat dan kepercayaan aku buat menulis hingga aku berhasil mebuat sebuat tulisan dan dipublikasikan  serta banyak dibaca orang. Kritik dan saran sudah pasti berdatangan dan hal ini memberikan masukan yang berarti.

Salah satu karya tulisanku adalah terbit dalam antologi kumpulan cerpen yang ditulis bersama  25 penulis muda Banten, cerpen ku juga pernah terbit di koran lokal, beberapa kali menulis dongeng dan cerita anak di salah satu koran lokal yang sama, dan beberapa kumpulan cerpen aku dimuat dan dibukukan dalam beberapa antologi keroyokan.

Nah,

Meski banyak penulis hebat yang tetap menggunakan nama aslinya, bagi aku nama pena memang penitng dan memberikan kekuatan serta keberuntungan tersendiri bagi pemiliknya. So  mari menulis dan mulai mebuat nama pena, hehee :)

Inilah saat pertama belajar tentang kepenulisan bersama Gol A Gong dan relawan Rumah Dunia di bawah pohon nangka yang rindang. Dan sebentar lagi di tempat ini akan mewujud sebuah gedung literasi (Taman Ismail marjukinya Banten) jadi tidak hanya Jakarta aja yang punya, Banten juga punya. Semoga, amiin :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar