UAS telah tiba, UAS telah tiba, hore... hore...
#dinyanyiin ala artis cilik Tasya ‘Liburan Telah Tiba’ :)
Hahaaa, masih ingat dong sama lagu yang cetar membahana halilintar, gempa bumi sampai tsunami ini dinyanyiin Tasya abad kanak-kanak dulu. Hemm, gimana senangnya hati kita, penuh kebebasan, riang, dan gembira bersama-sama saat menyambut hari libur. So, agenda haliwuday a.k.a. liburan rempong pun udah di planing sedemikian rupa.
Nah, apakah kerempongan dengan sejumput planing ini itu dan keriangan tiada tara ini juga berlaku saat kehadiran Ujian Akhir Semester (UAS) tiba menghampiri para makhluk akademisi bernama pelajar siswa or mahasiswa? Kalau iyaaaaah, mari kita berteriak gembira bersama-sama pemirsaaaaaah, sambil acungin dua jempol tangan dan kaki, hahaaa.
Hmmm, atau malah sebaliknya saat mengahdapi UAS yang muncul saban enam bulan sekali (satu semester tahun ajaran) ini, kita malah menghindar, uring-uringan nggak jelas dan nyumpahin mata pelajaran yang dirasa menyulitkan dan menyebelakan. Ulala, cucho markucodot dah.
Nah, kenapa hal ini bisa terjadi???????
Yaps, jawabanya karena memang kita kurang persiapan dan terkadang menyepelekan pelajaran tersebut. Alhasil saat UAS tiba, kita kelimpungan dan kelabakan nyiapin contekan such us membuat note diselembar kertas, mengkonsep di handphone, larak lirik ke samping kanan kiri, bahkan terang-terangan open book. Huaaaaaaaaaaahhh, kapan Indonesia mau maju??????? Maju ke garis pembodohan, mungkin aja iyaaah. Heuuuh.
FYI, hal ini tidak saja terjadi dikalangan anak ES-EM-PE, atau pun ES-EM-A, namun sekaliber mahasiswa pun yang notaben terkenal dengan keintelktualannya masih saja mengalami dilema ini.
Meski tingkat keparanoid-an mahasiswa terhadap UAS tidak terlalu buruk dibanding anak ES-EM-PE atau pun ES-EM-A.
Mahasiswa cenderung menganggap enteng dan remeh dengan soal yang diberikan sang dosen. Anggapan sepel ini membuat mahasiswa tidak mau me-review mata kuliah yang sudah dipelajari. Sehingga UAS berjalan tidak efisien dan efektif. Asal menjawab dan terkadang tidak terpacu dengan apa yang dipelajari.
Sering kali mahasiswa mengeluarkan kata bijak seperti ‘Biarin salah asal nggak nyontek dan yang penting hasil pemikirian sendiri’.
Nah, ngomongin ‘Hasil Pemikirian Sendiri’, tentu hal ini sah-sah saja kalau acuannya benar. Tapi, kalau asal nyebut dan tidak adanya acuaan yang jelas pasti jawabannya ngaur.
So, apa dong fungsi UAS???
Menurut saya, fungsi UAS bukan hanya sekadar mengejar nilai A, B, C atau D, tapi mengukur sejauh mana kemampuan pengetahuan kita terhadap suatu pelajaran yang telah kita pelajari selama satu semester.
Urusan nilai bisa saja di manipulasi bukan????
Nah, kalau diberi lima pertanyaaan saja dalam satu pelajaran kita tidak bisa menjawab. Bagimana kita mampu menjawab atau pun memberi solusi dari persolaaan-persoalaan lain yang akan kita hadapi dalam aplikasi kehidupan masyarakat luas.
Sekali lagi UAS bukan hanya sekadar urusan seremonial pencari nilai dan pengisi nilai dilembar sebuah Rapor atau KRS. Tapi, bagaimana UAS harus dijadikan sebagai pembuktian atau penguji terkait kematangan pemikiran dan kedalaman ilmu yang telah kita pelajari.
Lalu, jika kita sudah berpikiran seperti itu. Apakah UAS masih dianggap suatu momok menakutkan yang perlu kita hindari????
Ulala si Dora bawa peta, hari gini masih pusing dengan UAS. Mending berjemur aja deh di pinggir laut sambil nungguin kura-kura muncul kedaratan, hahaa.So, mari kita belajar persiapkan segala materinya. yakin deh, kita nggak bakal kesusahaan mengisi soal-soal UAS.
Menurutmu ?????