Kamis, 31 Januari 2013

Ajak Anak Kenali Media Informasi


Caption:hana
-       Guru dan siswa SDIT Widya Cendikia Kota Serang,mendengarkan paparan tentang jurnalistik di Ruang Redaks.


       SERANG - Mengenalkan dunia informasi sebagai media sosial melalui kegiatan jurnalistik pada anak dianggap sangat penting. Hal ini berkaitan dengan semakin pesatnya kecanggihan teknologi sehingga  menuntut setiap orang bisa memilih dan memilah informasi yang baik dan buruk, terlebih terhadap anak-anak.
       Untuk itu SDIT Widya Cendikia Kota Serang, mengajak 102 siswa kelas I mengenal lebih jauh tentang media informasi dengan berkunjung ke Graha Pena Radar Banten, Kamis (31/1). Wakil Kepala SDIT Widya Cendikia Masdari mengungkapkan, kunjungan  ini merupakan outing class mengenai kurikulum materi jurnalistik sebagai pengenalan awal terhadap media penyampai informasi.
       Masdari mengatakan, setiap hari anak membutuhkan segala macam bentuk informasi, namun mereka tidak memiliki pengetahun yang cukup untuk memfilter informasi seperti apa yang layak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Untuk itu, memperkenalkan  secara langsung proses jurnalistik dapat  menambah wawasan dan pengetahun tersendiri bagi anak serta dapat memberikan motivasi dan apresiasi untuk mengembangkan kreativitas bakat yang dimiliki anak-anak.
       “Biasanya anak hanya disuguhkan informasi lewat visualisasi televisi, namun proses dan kegiatan jurnalistiknya belum paham. Untuk membimbing dan mengarahkan terhadap fungsi informasi, kami ajak anak kenali media informasi itu sendiri dengan cara ini,” katanya seusai kunjungan.  
       Sementara itu Redaktur Xpresi Hilal Ahmad yang menerima kunjungan memaparkan tentang jurnalistik. Setelah itu para siswa dibawa berkunjung ke ruang percetakan dan ruang redaksi. 

Atmosfer Baru Semangat Menulis




Caption:hana
Siswa SDIT Al-Hujjaj asik menuangkan ide dalam tulisan di Rumah Dunia, Kamis (31/1)



       SERANG - Budaya membaca dan menulis masih menjadi suatu yang sulit dilakukan, terlebih oleh anak-anak. Biasanya anak-anak lebih gemar pada permainan atau  tontonan visual yang memudahkan dalam hal pemahaman dibanding baca dan tulis.
       Untuk meningkatkan kembali semangat anak terhadap dunia menulis dan membaca SDIT Al-Hujjaj dalam rangkaian field trip mengajak 80 siswa kelas 4-6 berwisata menulis di Rumah Dunia, Kamis (31/1). Sebelumnya, Rabu (30/1) lalu siswa kelas 1-3 sekolah ini juga berkunjung ke Rumah Dunia dan dikenalkan  wisata dongeng.
       Pelatihan kepenulisan ini dilatih langsung oleh pendiri Rumah Dunia Tias Tatanka. Tias mengajak seluruh siswa untuk membuka pikirannya dan mengeksplor ide serta gagasan yang dimiliki siswa dengan menuangkan langsung dalam tulisan.
       Dalam pelaksanaan pelatihan, Tias tidak menitikkan pada toeritik tapi lebih pada aplikasi langsung menulis dengan memberikan tema yang harus dikembangkan dalam bentuk karangan oleh siswa. “Siswa sangat menyukai buku. Ini merupakan modal yang baik untuk anak mulai menulis. Siswa hanya butuh motivasi dan arahan untuk membuka  cakrawala pemikiran mereka,” tuturnya di sela-sela melatih siswa Al-Hujjaj.
       Bidang kurikulum sekaligus guru SDIT Al-Hujjaj  menuturkan, kegitan ini sebagai wadah menciptakan atmosfer baru dalam dunia kepenulisan bagi siswa Menurutnya, kompetensi menulis bagi siswa sebagai salah satu aktivitas yang mampu mengasah kecerdasan dan  wadah positif dalam penyampaian gagasan yang di miliki tidak lagi hanya sekedar lewat verbal.
       “Siswa yang terbiasa menulis menjadi lebih kritis terhadap dinamika kehidupan sosial di sekelilingnya. Dengan menulis siswa bisa lebih leluasa menuangkan unek-unek atau pemikiran hati mereka dalam sebuah tulisan. Kami berharap, setelah ini anak mampu mengembangkan bakat dan kemampunnya sehingga ada karya mereka baik itu puisi, cerpen, esai, artikel dan sebagainya yang bisa dipublikasikan lewat mading ataupun dibukukan,” ungkapnya.

Tidak Sekadar Melihat Tapi Menemukan


Tidak Sekadar Melihat Tapi Menemukan

“Seorang penulis harus memiliki kejelian dan pandangan berbeda dalam memilih atau menentukan sebuah angel atau sudut pandang tulisan. Sudut pandang menjadi ciri khas masing-masing para penulis sehingga berpengaruh pada bagaimana cerita itu akan di ceitakan. Terutama pada penulis trevel writter tidak hanya sekadar melihat tapi juga menemukan sesuatu yang berbeda dari hasil perjalannya” ucap Gol A Gong.
Yaps, paparan tersebut disampaikan pendiri Rumah Dunia Gol A Gong kepada sekira 50 peserta anggota kelas menulis angkatan 21-22 di Pantai Anyer dalam acara Writing Day, Minggu (13/1). Gol A Gong juga menuturkan, untuk menjadi penulis khususnya trevel writer harus mampu mendeskripsikan secara detail dan menarik tentang objek yang ditulis. Dalam melakukan trevel writer seorang penulis jangan menunda-nunda tulisan hingga selesai perjalanan harus segera ditulis.
“Hari ini dengan kemudahan teknologi, bepergian ke luar negeri bukan hal aneh atau pun sulit dilakuan karena orang-orang dengan mudah bisa keluar masuk negara yang dituju. Nah, bagi trevel writer harus bisa menulis angel berbeda dalam mengungkapkan atau menggambarkan potret lain dari tulisan tersebut agar pembaca tetap tertarik. Satu lagi kita harus bisa mengatasi kelemahan abrasi bahasa yang sering kali terjadi dalam diri penulis,” katanya.
Anggota kelas menulis angkatan 21-22 foto bersama seusai acara Writing Day, di Pantai Anyer, Sabtu (13/1).

Writing Day dengan tema menentukan angel atau sudut pandang ini pun didampingi penulis-penulis kawakan sekaliber Endang Rukmana penulis novel Sakit ½ Jiwa, dan Hilal Ahmad Redaktur Xpresi Radar Banten dan penyair muda Banten Abdul Salam. Para tutor ini memberikan penjelasan lebih dalam tentang angel dan menerjunkan langsung kelapangan agar lebih paham dengan materi yang dipelajari. (hana)

Bakkar yang Teatrikal


Para pentolan komunitas Bakkar.

Bakkar yang Teatrikal

Sob, siapa yang nggak kenal bambu? Tumbuhan yang banyak kita jumpai di Indonesia ini memiliki banyak kegunaan tidak hanya sebagai tumbuhan hijau, tapi bisa dipakai untuk bahan bangunan rumah juga sebagai bahan untuk membuat alat-alat musik tradisional seperti yang kita kenal dengan nama musik karinding.
Yaps, musik tradisional ini bisa kita nikmati di beberapa daerah di Indonesia. Namun sekarang masyarakat Banten bisa langsung menikmati sajian musik ini lewat komunitas Bakkar a.k.a Barakkarinding yang berdomisili di Serang. Komunitas yang satu ini nampak berbeda dengan karinding lainnya, karena memadukan musik tersebut dengan aksi teatrikal membuat penampilannya lebih menghibur serta mendidik.
Muhammad Shaddam Syahadat, Ketua Bakkar menuturkan, komunitas yang baru berdiri sekira tiga bulan lalu ini mendapat sambutan dan antusias yang lumayan tinggi dari masyarakat. Meski baru dibentuk beberapa bulan, Barakarinding sudah dikenal luas masyrakat dan sering manggung diberbagai tempat baik di event perlombaan maupun undangan dari kampu-kampus. Menurutya, musik tradisional ini patut diapresiasi dan dikembangkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai sejarah.
“Tidak hanya itu, musik ini sebagai ajang silaturahmi dengan sesama pecinta musik tradisional ataupun masyarakat umum,” kata Muhammad.
Ade Kurniawan, salah satu pengurus mengatakan, barakarinding ini memiliki galeri untuk alat-alat karinding dan diproduksi sendiri. “Saya berharap, barakarinding bisa lebih dikenal luas dan masyarakat terlebih generasi muda semakin mencintai karya tradisional ini sehingga kelestarian sejarah terjaga dengan baik,” katanya. (hana

Lestarikan Tradisi Sesuai Zaman


Para siswa ekstrakulikuler Lingkung Seni Wisrawa.



Melestarikan seni tradisional bukan hal mudah, terlebih sekarang ini tengah gencar arus budaya asing yang masuk negera kita. Melihat remaja-remaja sekarang memang lebih doyan mengapresiasi seni pop dan modern, sehingga banyak budaya tradisional yang terlupakan dan ditinggalkan. Namun tidak dengan sekira 90-an siswa SMAN 4 Pandeglang yang memiliki kesadaran tinggi terhadap pelestarian seni dan budaya tradisional ini.
Estrakulikuler Lingkung Seni Wisrawa ini digagas sejak 1 Oktober 2012 dan banyak menarik perhatian siswa untuk bergabung di kelas yang dikelompokan ke dalam seni tari, teater, musik, dan seni rupa ini. Tantri Febrianti, pembina ekskul menuturkan, seni itu sebetulnya fleksibel bagaimana kita membawanya sesuai zaman. Namun juga harus bisa memilih dan memilah mana budaya yang sesuai dan mana yang tidak sesuai budaya bangsa.
“Pengembangan budaya ataupun seni tradisional saya gabungkan dengan keadaan zaman saat ini seperti seni tari tradisional dipadu dengan seni tari kontemporer. Sehingga seni tradisional tidak kehilangan jati dirinya dan siswa semakin kreatif berkarya,” tuturnya.
Tantri mengungkapkan, wadah seni ini sebagai ajang mengeksplor bakat dan kemampuan siswa lebih terasah lagi. “Saya berharap, ke depannya wadah apresiasi pengembangan seni tardisional ini semakin banyak, lebih kreatif dan fasilitas lebih menunjang. Kami juga butuh kerjasama dari semua pihak yang menggelar acara-acaraa perlombaan untuk menginformasi dan publikasi kesekolah kami,” tuturnya.
Eni Afriyani, Ketua Kelompok seni tari menuturkan, merasa sangat senang mempelajari seni tradisional ini. Selain bisa mengetahui berbagai gerakan seni tari tradisional dan kontemporer, juga bangga bisa melestarikannya.
“Yang terpenting adalah kita bisa memfilter budaya-budaya luar dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai seni tardisional bangsa kita. Semoga seni ini semakin meningkat intensitasnya dan go international,” katanya.(hana)

Peduli Hewan

Remaja saat ini lebih memilih bergabung atau berkomunitas dengan dunia yang kebanyakan entertain. Bahkan ada yang terjerumus dengan pergaulan bebas, memakai narkoba tau pun minum-minum keras.

Aldy Erwansyah siswa SMK Prisma Serang

Jarang lho remaja yang mau ngurusin hal-hal mencakup lingkungan alam misalkan mencetus ide melakukan pembersihan lingkungan dari sampah atau menjaga kelestarian alam dengan menggerakan tanaman hijau di masing-masing rumah. Atau menyelamatkan hewan-hewan yang berkeliaran tanpa perhatian. Atau ide positif lainnya.


Nah, beda halnya dengan Aldy Erwansyah. Cowok kiyut ini menjadi otak pelaku terbentuknya komunitas pecinta hewan peliharaan kucing yang diberi nama Banten Cat Lover. Hmmm, di usianya yang lagi senang-senangnya bermain, Aldy masih memikirkan dan memiliki kesadaran serta kepedulian tinggi untuk menyayangi hewan serta berusaha menyelamatkan hewan kucing yang berkeliaran di jalanan. Wah, keran banget kan?


“Saya ingin berbagi dan memperkenalkan pada masyarakat tentang semua jenis kucing tanpa harus membedakan kucing ras maupun domestik atau kucing kampung. Semua hewan ini sangat lucu, patut untuk kita sayangi dan pelihara dengan baik,” ucap siswa SMK Prisma ini bangga.


Bagi Aldy, berkumpul dengan komunitas ini merupakan prestasi dan kebanggaan tersendiri. Itu karena bisa meluangkan waktu untuk saling peduli sesama makhluk ciptan Tuhan.

“Seru aja, selain braktivitas positif kita juga bisa bersilaturahmi dengan teman-teman lain. Saya juga terus mengajak teman-teman lain untuk bergabung mencintai hewan apa pun, tidak h anya kucing,” kata cowok yang hobi futsal ini. (hana)

Sayang dan Selamatkan Hewan

Kucing menjadi hewan peliaraan paling disukai masyarakat. Selain termasuk hewan peliharaan jinak, hewan ini juga terlihat lucu dan menggemaskan dengan berbagai macam jenis.



Di Banten, antusias pecinta kucing sangat tinggi dan cukup diminati. Untuk menampung kecintaan masyarakat Banten terhadap kucing terbentuklah Banten Cat Lover yang baru diresmikan Minggu (6/1) di Alun-alun Barat Kota Serang.



Wakil Ketua Banten Cat Lover Novan Adyatmo menuturkan, setelah melakukan dua kali gathering dengan beberapa anggota pecinta kucing, munculah ide untuk meresmikan komunitas ini sebagai wadah yang terorganisir. Menurut Novan, Banten Cat Lover ini bukan hanya perkumpulan para penyayang kucing, semua orang bisa begabung menyayangi dan menyelmatkan hewan khususnya kucing. Komunitas yang dicintai anak-anak hingga orangtua ini juga didampingi dokter hewan yang ahli di bidangnya.



“Ke depannya kami akan mengadakan road ke seluruh Banten untuk memberikan penyuluhan dan share cara memelihara hewan kucing dengan baik, mengetahui penyakit-penyakitnya juga penyelamatan kucing di jalanan,” tuturnya seusai peresmian.



Dokter hewan Kabupaten Serang Intan Sulistiani, mengapresiasi pembentukan komunitas ini dengan ikut bergabung sebagai tim kesehatan hewan. Intan dipercaya sebagai orang yang ahli untuk memberikan bimbingan dan penyeuluhan baik dalam lingkungan komunitas maupun terhadap masyrakat luas.



“Mari kita sama-sama sayangi hewan dan memperhatikan kesehatannya agar terhindar dari berbagai macam penyakit yang ditimbulkan,” katanya. (hana)

Pesan Moral lewat Wisata Dongeng


SERANG- Bercerita atau mendongeng menjadi alternatif efektif untuk berkomunikasi pada anak. Mendongeng dianjurkan sebagai salah satu media membangun karakter, kepribadian maupun kecerdasan anak. Melalui media dongeng juga dapat ditanamkan nilai kejujuran, percaya diri, sopan santun, setia kawan, dan rasa tanggung jawab.

Hal inilah yang mendorong Rumah Dunia menyajikan wahana pendidikan karakter lewat wisata dongeng untuk siswa PAUD, TK dan SD yang dibuka setiap Rabu dan Sabtu, pukul 08.00-12.00 dan 13.00- 17.00. Penampilan perdana pada Rabu (30/1), Wisata Dongeng ditampilkan pada sekira 114 siswa kelas 1-3 dari SDIT Al-Hujaj, Cilegon.

Penggagas Wisata Dongeng sekaligus pendiri Rumah Dunia, Tias Tatanka menjelaskan, wisata dongeng merupakan salah satu unit usaha Rumah Dunia sebagai pelopor untuk gelanggang Rumah Dunia yang sedang dirintis. Tias mengatakan, Wisata Dongeng Rumah Dunia ini menyajikan dongeng klasik lokal dan nusantara serta dongeng klasik dunia seperti kisah Malin Kundang, Dompu Awang, Pinokio, Peterpan, dan Putri salju. Tidak hanya menikmati pertunjukan dongeng, anak juga bisa sambil menggambar dan memerankan tokoh-tokoh di dongeng.

“Wisata ini diharapkan menjadi hiburan bagi anak-anak Banten maupun luar Banten yang dapat memberikan pelajaran moral dan budi pekerti. Dalam setiap cerita terdapat pesan agar anak tidak durhaka pada orangtua, mencintai dan menghormati guru maupun sesamanya. Dengan dongen anak juga dilatih berbicara di depan orang banyak,” tutur Tias seusai acara.

Kepala SDIT Al-Hujaj Masitah menuturkan, dalam kegiatan filed trip berkaitan dengan pelajaran bahasa Indonesia ini, berkunjung langsung ke Wisata Dongeng Rumah Dunia. Menurutnya, dengan melihat dan menyaksikan langsung pertunjukan dongeng anak lebih paham dan mengena pada objek yang sedang dipelajari serta ekspresi anak tersalurkan dengan baik. Untuk kunjungan sendiri dibagi dua, untuk kelas 1-3 Rabu (30/1) dan kelas 4-6 pada Kamis(31/1).

“Melalui dongeng, kami berharap anak bisa diajak belajar berkonsentrasi dan menangkap perhatian serta dapat megaplikasikan pesan-pesan moral yang anak dapatkan dari crita dongeng tersebut. Semoga anak menjadi anak yang patuh dan berbakti pada orangtuanya,” katanya. (Hana)

Sabtu, 12 Januari 2013

Hari Gini Masih Pusing dengan UAS?????

UAS telah tiba, UAS telah tiba, hore... hore... 
#dinyanyiin ala artis cilik Tasya ‘Liburan Telah Tiba’ :)

Hahaaa, masih ingat dong sama lagu yang cetar membahana halilintar, gempa bumi sampai tsunami ini dinyanyiin Tasya abad kanak-kanak dulu. Hemm, gimana senangnya hati kita, penuh kebebasan, riang, dan gembira bersama-sama saat menyambut hari libur. So, agenda haliwuday a.k.a. liburan rempong pun udah di planing sedemikian rupa. 

Nah, apakah kerempongan dengan sejumput planing ini itu dan keriangan tiada tara ini juga berlaku saat kehadiran Ujian Akhir Semester (UAS) tiba menghampiri para makhluk akademisi bernama pelajar siswa or mahasiswa? Kalau iyaaaaah, mari kita berteriak gembira bersama-sama pemirsaaaaaah, sambil acungin dua jempol tangan dan kaki, hahaaa. 

Hmmm, atau malah sebaliknya saat mengahdapi UAS yang muncul saban enam bulan sekali (satu semester tahun ajaran) ini, kita malah menghindar, uring-uringan nggak jelas dan nyumpahin mata pelajaran yang dirasa menyulitkan dan menyebelakan. Ulala, cucho markucodot dah. Nah, kenapa hal ini bisa terjadi???????

Yaps, jawabanya karena memang kita kurang persiapan dan terkadang menyepelekan pelajaran tersebut. Alhasil saat UAS tiba, kita kelimpungan dan kelabakan nyiapin contekan such us membuat note diselembar kertas, mengkonsep di handphone, larak lirik ke samping kanan kiri, bahkan terang-terangan open book. Huaaaaaaaaaaahhh, kapan Indonesia mau maju??????? Maju ke garis pembodohan, mungkin aja iyaaah. Heuuuh. 

FYI, hal ini tidak saja terjadi dikalangan anak ES-EM-PE, atau pun ES-EM-A, namun sekaliber mahasiswa pun yang notaben terkenal dengan keintelktualannya masih saja mengalami dilema ini. Meski tingkat keparanoid-an mahasiswa terhadap UAS tidak terlalu buruk dibanding anak ES-EM-PE atau pun ES-EM-A.

Mahasiswa cenderung menganggap enteng dan remeh dengan soal yang diberikan sang dosen. Anggapan sepel ini membuat mahasiswa tidak mau me-review mata kuliah yang sudah dipelajari. Sehingga UAS berjalan tidak efisien dan efektif. Asal menjawab dan terkadang tidak terpacu dengan apa yang dipelajari. 

Sering kali mahasiswa mengeluarkan kata bijak seperti ‘Biarin salah asal nggak nyontek dan yang penting hasil pemikirian sendiri’. Nah, ngomongin ‘Hasil Pemikirian Sendiri’, tentu hal ini sah-sah saja kalau acuannya benar. Tapi, kalau asal nyebut dan tidak adanya acuaan yang jelas pasti jawabannya ngaur. 

So, apa dong fungsi UAS??? 

Menurut saya, fungsi UAS bukan hanya sekadar mengejar nilai A, B, C atau D, tapi mengukur sejauh mana kemampuan pengetahuan kita terhadap suatu pelajaran yang telah kita pelajari selama satu semester.
Urusan nilai bisa saja di manipulasi bukan????

Nah, kalau diberi lima pertanyaaan saja dalam satu pelajaran kita tidak bisa menjawab. Bagimana kita mampu menjawab atau pun memberi solusi dari persolaaan-persoalaan lain yang akan kita hadapi dalam aplikasi kehidupan masyarakat luas. Sekali lagi UAS bukan hanya sekadar urusan seremonial pencari nilai dan pengisi nilai dilembar sebuah Rapor atau KRS. Tapi, bagaimana UAS harus dijadikan sebagai pembuktian atau penguji terkait kematangan pemikiran dan kedalaman ilmu yang telah kita pelajari.

Lalu, jika kita sudah berpikiran seperti itu. Apakah UAS masih dianggap suatu momok menakutkan yang perlu kita hindari????

Ulala si Dora bawa peta, hari gini masih pusing dengan UAS. Mending berjemur aja deh di pinggir laut sambil nungguin kura-kura muncul kedaratan, hahaa.So, mari kita belajar persiapkan segala materinya. yakin deh, kita nggak bakal kesusahaan mengisi soal-soal UAS.


Menurutmu ?????